Di beberapa negara bagian di Amerika, pelajaran menulis tangan sudah mulai dihapus dari kurikulum pendidikan. Alasan ini dirasa beberapa pihak cukup masuk akal melihat kecendrungan dunia yang semakin digital. Anak-anak sampai dewasa saat ini sangat minim dalam kegiatan menulis, semua dilakukan dalam keyboard digital. Mengetik dinilai lebih bermanfaat di dunia kerja daripada menulis tangan.
Kebijakan ini ditentang para kritikus. Menurut mereka, menulis dengan tangan merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan dan akan membangun karakter. Menulis dengan tangan juga mengajarkan anak untuk kemampuan mengeja dan memahami apa yang mereka baca, ini penting bagi perkembangan otak terutama pada area bahasa, ingatan dan pola pikir
Di Indonesia, pemerintah masih menganggap pelajaran menulis tangan itu penting. Walaupun dalam praktek sehari-hari frekuensi tulis tangan oleh siswa di sekolah dasar lumayan rendah. Siswa belajar menggunakan buku panduan (buku cetak). Ujian pun sebagian besar menggunakan soal pilihan ganda sehinggal siswa hanya perlu menyilang pilihan jawabannya. Fenomena yang sama berlaku di SMP, SMA bahkan perguruan tinggi.
Dalam dunia kerja, beberapa profesi yang dulu akrab dengan tulisan tangan seperti wartawan berita, administrasi, dan lain-lain kini juga mulai berubah. Kedepannya, tulisan tangan bisa lenyap dan hilang dari peradaban karna memang tidak lagi dibutuhkan lagi, kecanggihan teknologi membuat tulisan tangan menjadi tidak relevan.
Jadi masih perlukah pelajaran menulis tangan bagi anak-anak kita kedepannya?